-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

**** UPDATE INFORMASI TERBARU - BERITA-TEKINI- TRENDING-INFO KESEHATAN- INFO LOWONGAN KERJA- HOBI - INFO PENDIDIKAN****

Mantan Juru Bicara KPK -Febri Diansyah Menjadi Pembela Hasto - terdakwa kasus Harun Masiku, Baswedan bersuara " Kebangetan !!!"

Friday, March 14, 2025 | 9:29 PM WIB | 000 Views Last Updated 2025-03-25T22:20:44Z

Info896 –   Febri Diansyah Angkat Bicara Soal Kritik: "Kebangetan...!!!"

 “Di dunia hukum dan politik, garis moral sering kali kabur, tetapi terkadang pergeseran itu terlalu mencolok untuk diabaikan. Febri Diansyah kini justru berada di sisi pembelaan terhadap mereka yang ia lawan di masa lalu. Tindakannya memicu respons keras dari rekan-rekan seideologinya, termasuk Novel Baswedan, yang hanya bisa merespons dengan satu kata: kebangetan. Ini bukan sekadar soal profesionalisme advokat. Ini tentang bagaimana seorang mantan pejuang antikorupsi kini tampak menyesuaikan dirinya dengan sistem yang dulu ia kritik. Pertanyaannya: Apakah ini transformasi, atau sekadar kompromi? “
 
Doc : Wikipedia

Praswad Nugraha, ikut mengomentari langkah tersebut. Bagi Praswad, keputusan itu bukan sekadar pilihan profesional, tetapi juga refleksi atas tingkat integritas pribadi. “Namun, pada akhirnya, setiap orang berhak menentukan jalannya sendiri,” ujarnya, Kamis, 13 Maret 2025.

Bagi Praswad Nugraha, keputusan Febri Diansyah membela Hasto Kristiyanto bukan sekadar pilihan profesional, melainkan bagian dari strategi pencitraan. Ia menilai kehadiran Febri dalam tim hukum Hasto tidak membawa nilai tambah di persidangan, selain membangun narasi yang berpotensi menyesatkan opini publik.


“Pencitraan dan informasi yang misleading tidak akan bisa mengalahkan fakta hukum serta kelengkapan alat bukti yang dimiliki oleh KPK,” tegas Praswad.


Baginya, argumentasi Febri lebih banyak bermain dalam ranah persepsi ketimbang substansi hukum. Ia mempertanyakan sejauh mana mantan juru bicara KPK itu benar-benar memahami dinamika penyelidikan dan pembuktian kasus korupsi, mengingat posisinya di masa lalu lebih banyak berkutat pada komunikasi publik ketimbang investigasi di lapangan.


Lebih dari itu, Praswad mengingatkan bahwa Febri tidak bisa berpaling dari sejarah. Ia menilai Febri tahu persis bagaimana operasi tangkap tangan terhadap Harun Masiku di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) gagal total. “Teror terhadap tim penyelidik dan penyidik KPK di lapangan, intervensi yang mereka alami, hingga upaya kriminalisasi dan fitnah saat mereka sedang salat di masjid PTIK, semua itu nyata,” tegasnya.


Bagi Praswad, jejak sejarah tak bisa begitu saja dihapus. Dan kini, pilihan Febri justru menempatkannya di sisi yang berbeda dari mereka yang dulu berjuang bersamanya


Bagi Praswad Nugraha, langkah Febri Diansyah tak sekadar menjalankan profesi, melainkan menambah catatan panjang keterlibatannya dalam membela para tersangka korupsi. Dari Ferdy Sambo hingga Syahrul Yasin Limpo—nama-nama yang ia dampingi selalu berhadapan dengan KPK. Kini, dengan membela Hasto Kristiyanto, jejak itu semakin jelas.


“Kasus-kasus ini membuktikan bahwa konstruksi pembuktian tindak pidana korupsi tak bisa dilawan dengan pencitraan atau narasi romantis tentang masa lalu di KPK,” tegas Praswad.


Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa Febri, meski pernah menjadi Juru Bicara KPK, tak pernah menjadi penyidik atau penyelidik. Ia tak pernah berada di garis depan dalam proses pengumpulan alat bukti. “Ada batas yang perlu digarisbawahi. Tidak semua yang pernah bekerja di KPK memahami seluk-beluk investigasi dan pembuktian di persidangan,” pungkasnya.


Di tengah gelombang kritik yang menerpanya setelah menerima mandat sebagai pengacara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Febri Diansyah akhirnya bersuara. Mantan Juru Bicara KPK itu memilih merespons dengan nada teduh.


"Saya berterima kasih kepada Bang Novel, Yudi, Praswad, Isnur, dan teman-teman lain yang memberikan perhatian lebih kepada saya. Bagi saya, mereka tetap sahabat yang saya hormati," ujar Febri saat dikonfirmasi pada Jumat (14/3/2025).

 
Menurutnya, perbedaan pendapat dalam menilai suatu perkara adalah hal yang wajar. Ia berharap perbedaan itu tidak lantas menjadi sekat yang merenggangkan hubungan pertemanan.
 
"Saya tetap menghargai setiap pandangan. Yang terpenting, kita bisa tetap menjaga hubungan baik di tengah dinamika yang ada," imbuhnya.
Febri, yang pernah dikenal sebagai wajah perlawanan terhadap korupsi, kini harus menghadapi ujian lain—yakni menavigasi kritik dari kawan-kawan seperjuangannya.


Responnya Berbeda Pandangan Bukan Alasan untuk Memutus Silaturahmi ,Mantan Juru Bicara KPK itu menegaskan bahwa perbedaan sudut pandang adalah hal yang lumrah, namun tidak seharusnya merusak hubungan antarmanusia.
 
"Saya hanya ingin menyampaikan, kadang kita mungkin berbeda pendapat karena melihat dari perspektif yang berbeda. Tapi semoga hal itu tidak sampai memutus silaturahmi sebagai sesama manusia," ujar Febri, Jumat (14/3/2025).
 
"Saya akan tetap menjalankan tugas sebagai pengacara, termasuk dalam tim advokasi Hasto, dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan koridor hukum," tambahnya.
Febri juga menegaskan bahwa dirinya tetap berpegang pada prinsip profesionalisme dalam menjalankan perannya sebagai advokat. Ia menghormati berbagai kritik yang muncul, namun menegaskan bahwa keputusannya telah diambil.
 
"Saya menghargai segala masukan tersebut. Namun, saat ini saya telah memilih menjalankan tugas profesi sebagai advokat. Hal ini akan saya jalankan selurus-lurusnya," ujarnya.


Dengan komitmen itu, Febri memastikan bahwa perannya sebagai kuasa hukum Hasto akan tetap berada dalam koridor hukum. Keputusan ini tentu menuai beragam reaksi, terutama di kalangan mantan koleganya yang selama ini berjuang bersama dalam gerakan antikorupsi.
Novel Baswedan Kritik Langkah Febri Diansyah Bela Hasto.


Mantan penyidik senior KPK, Novel Baswedan, menyoroti keputusan Febri Diansyah yang kini menjadi pengacara Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Menurut Novel, peran Febri dalam perkara ini bukan sekadar membela Hasto di pengadilan, tetapi juga berpotensi memengaruhi persepsi publik terhadap cara KPK menangani kasus tersebut.


Novel mengingatkan kembali perjalanan Febri setelah mengundurkan diri sebagai Juru Bicara KPK pada Desember 2019. Ia menyoroti bahwa Febri kini justru menjadi pembela bagi tersangka kasus korupsi.
 
Setelah Sambo dan SYL, Febri Kini Jadi Pengacara Hasto , Usai mendampingi Ferdy Sambo dan Syahrul Yasin Limpo (SYL), Febri Diansyah kini kembali Keputusan Febri membela Hasto menambah daftar panjang kasus yang ia tangani, yang sebagian besar melibatkan tokoh dengan kasus hukum kontroversial. Langkahnya kali ini pun kembali menuai kritik, terutama dari para pegiat antikorupsi, termasuk Novel Baswedan.

 
"Kita semua sudah melihat bahwa yang bersangkutan pernah mendampingi kasus Sambo. Selain itu, ia juga pernah menjadi kuasa hukum Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang merupakan tersangka kasus korupsi. Padahal, dia pernah bertugas di KPK dan mengambil posisi sebagai aktivis antikorupsi," ujar Novel, Jumat (14/3/2025).
 

Keputusan Febri untuk membela sejumlah tokoh yang terseret kasus hukum, termasuk Hasto, terus menuai kritik. Bagi Novel dan sejumlah pegiat antikorupsi lainnya, langkah tersebut dinilai bertolak belakang dengan rekam jejak Febri sebagai bagian dari lembaga yang dulu ia bela.


Bagi Novel, pilihan Febri untuk terus membela tersangka kasus korupsi bukan sekadar keputusan profesional, tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar. Kritik keras pun dilontarkan, menilai langkah tersebut bertentangan dengan rekam jejaknya sebagai mantan insan KPK.

 
Febri sendiri menegaskan bahwa ia menjalankan tugasnya sebagai advokat secara profesional, sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Namun, kritik terhadapnya tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat.
"Febri tidak hanya menjadi pengacara di persidangan, tapi juga ingin membentuk persepsi publik terhadap perkara ini," ujar Novel, Jumat (14/3/2025).
 

Keputusan Febri ini menuai kritik tajam dari para pegiat antikorupsi. Mereka menilai mantan Juru Bicara KPK itu kini berdiri di posisi yang berseberangan dengan perjuangannya dulu. Namun, Febri bersikukuh bahwa ia menjalankan tugas sebagai advokat secara profesional dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
"Yang bersangkutan kini juga menjadi pembela dalam kasus Hasto, dan pembelaannya cukup progresif. Maksudnya, tidak hanya di pengadilan, tetapi juga ingin membentuk persepsi di publik," kata Novel, Jumat (14/3/2025).
 
Novel juga menyesalkan bahwa Febri seolah mengabaikan rekam jejak Hasto dan PDIP dalam pelemahan KPK pada 2019. Menurutnya, langkah Febri kini berseberangan dengan perjuangannya di masa lalu sebagai aktivis antikorupsi.
"Padahal, saat kasus Harun Masiku dan Hasto mencuat, dia masih menjabat sebagai Juru Bicara KPK. Belum lagi peran Hasto dan kawan-kawan dalam melemahkan KPK serta upaya pemberantasan korupsi dengan berbagai cara," lanjut Novel. ( detik)
 
Novel Baswedan, tak menutupi kekecewaannya atas langkah yang diambil Febri.
"Dari semua hal tersebut, saya hanya bisa menanggapi: kebangetan. Itu saja," ujar Novel, Jumat (14/3/2025).
 
Sementara itu, sidang perdana kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan yang menjerat Hasto digelar hari ini. Jaksa KPK mendakwa Sekjen PDIP itu dengan pasal tindak pidana korupsi, termasuk dugaan upaya menghalang-halangi penyidikan.
Keputusan Febri membela Hasto terus menuai perdebatan, terutama di kalangan pegiat antikorupsi. Bagi Novel dan rekan-rekannya, langkah ini semakin menegaskan bahwa Febri kini berada di jalur yang berseberangan dengan perjuangannya di masa lalu.

Lebih lanjut, Febri menegaskan komitmennya dalam menjalankan tugas sebagai advokat. Ia memastikan bahwa peran yang kini diembannya akan dijalankan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

 

****BERBAGI INFORMASI-PENDIDIKAN-OLAHRAGA-KESEHATAN-LOWONGAN KERJA****
Informasi lowongan kerja terbaru

Informasi lowongan kerja terbaru

lowongan kerja- terbaru 2025

Lowongan Kerja Terbaru - Jateng-Soloraya-Jatim-Surabaya-Malang-Kediriraya

Info Kursus- Kampung Inggris Pare kediri

×
Berita Terbaru Update